Buku · Review

Sepercik Riak Untuk Gelombang

Supernova: Gelombang

 

Judul: Supernova: Gelombang

Penulis: Dee Lestari

Penerbit: Bentang Pustaka

ISBN: 978-602-291-057-2

Harga: Rp 79.000,-

Tahun Terbit: Oktober 2014

Tebal: 492 halaman

 

 

Sejujurnya, penilaian untuk Gelombang tidaklah murni 5 bintang. Saya memberikan 4.75, sedikit lebih rendah dari Partikel atau Petir. Ada sesuatu “kekosongan”, yang sulit dijabarkan, yang membuat Gelombang belum mencapai sempurna.

Seperti biasa, untuk kesekian kalinya, saya tidak akan bosan mengulang prolog yang sama setiap kali memberikan komentar untuk seri Supernova. Pertemuan saya dengan Supernova terbilang baru seumur jagung. Dibandingkan penggemar Dee yang telaten menunggu hingga bertahun-tahun, saya hanyalah butiran debu. Awalnya justru saya cenderung skeptis dan apatis dengan euforia Supernova.

Tapi, sialan, tidak sampai setahun melahap habis semua serinya, termasuk Gelombang, saya benar-benar resmi menjadi butiran debu! Saya terjatuh, tenggelam, hingga tersesat-dan-tak-tahu-arah-jalan-pulang sejak membaca buku pertama. Dan sialnya (lagi), sekarang saya sudah dalam tahap adiksi dan kepalang sakau menunggu Intelegensi Embun Pagi.

Dee dan Supernova-nya memang selalu magis dan menghipnosis. Ketika memangku Gelombang untuk pertama kalinya, saya bahkan sampai menggelinjang. Gugup dan haru menyatu. Norak, memang. Seperti mau kencan pertama saja. Oke, ini berlebihan, tapi sekaligus sungguhan.
Lanjutkan membaca “Sepercik Riak Untuk Gelombang”

Buku · Review

Hanif, Panggung Permenungan dan Pencarian

Hanif: Dzikir dan Pikir

 

Judul : Hanif

Penulis : Reza Nufa

Penerbit : DIVA Press

Tahun Terbit : 2013

Tebal : 384 halaman

ISBN : 978-602-7933-46-0

 

 

“Tuhan ‘kan Maha Bisa. Nah, bisa nggak Tuhan bikin batu yang karena batu itu Dia justru gak bisa lewat?”

Dua orang pemuda memperdebatkan Tuhan di hadapan seporsi sate kambing. Mereka membahasnya dengan santai, seolah topik yang dibicarakan tidak lebih berat ketimbang pertandingan sepak bola.

Begitulah novel ini dibuka. Tanpa basa-basi terlebih pretensi. Agama dan Tuhan, bagi Hanif juga Idam, bukanlah bahan baru dalam obrolan mereka. Di saat kebanyakan orang menganggap kedua hal itu tabu, mereka justru semakin gerah untuk mencari tahu.

Sejak bocah, kedua sahabat ini telanjur akrab dengan perbincangan seputar ketuhanan. Tepatnya, Hanif meracaukan segala kegelisahannya, dan Idam akan selalu siap menyediakan telinganya. Entah apa yang menjadi sumber keresahan Hanif. Latar belakang itu tidak dijelaskan secara kentara. Yang jelas batinnya kian berkarut dari hari ke hari.

Ketika remaja seusianya keasyikan memikirkan cinta, Hanif malah sibuk mencari akar agama. Ketika anak muda lain masih linglung menentukan cita-cita, Hanif telah berkutat dengan masa depan negara. Setelah enam tahun menimba pengalaman di pondok pesantren, kemudian kuliah di universitas berbasis agama, dahaga Hanif akan kebenaran hakiki belum juga terpuaskan. Sebaliknya, ia semakin dirundung kekalutan.

Hanif tidak hanya rajin bertanya, tetapi juga tak sungkan membuka diskusi dengan siapa saja. Termasuk ayahnya, seorang pemuka di kampung mereka. Bisa diduga, sang ayah yang terbilang konservatif dalam beragama tidak bisa menerima pemikiran Hanif yang mendobrak sekat-sekat keimanan.

Lanjutkan membaca “Hanif, Panggung Permenungan dan Pencarian”

Buku · Review

Tenggelam di Relung Rasa Raisa

Relung Rasa Raisa

 

 

 

 

Judul: Relung Rasa Raisa

Pengarang: Lea Agustina Citra

Penerbit: PlotPoint

Tahun Terbit: 2014

Tebal: 320 halaman

Harga: Rp 49.000,00

ISBN: 978-602-9481-54-9

 

 

 

Semua butuh kesempatan kedua, begitulah tagline yang terpampang di halaman muka Relung Rasa Raisa. Namun, bagaimana jika perjalanan meraih kesempatan itu terlalu menyakitkan untuk dilewati? Tak pelak kita pun harus memilih: bertahan atau menyerah begitu saja. Melalui buku ini, Raisa Nathaya Candrakirana akan mengajak kita menyelami kedalaman relung rasanya. Plus, memberikan pelajaran bahwa kepahitan masa lalu bukanlah alasan untuk berhenti maju.

Demi menyelamatkan eksistensi kantornya, Raisa—editor senior di AhA Publishing—rela melakukan perjalanan panjang ke Negeri Hitler. Sayang, agenda kerjanya yang telah disusun rapi harus bubar di tengah jalan. Misi untuk mendapatkan hak terbit Cedar Incense—novel best seller tentang kerusuhan Mei 1998 karya Jan Marco—ternyata mengantarkan Raisa pada konflik-konflik yang pelik. Di saat bersamaan, tatanan kehidupan yang telah dibangunnya dengan susah payah juga terpaksa mengalami perombakan total—setelah keping-keping masa lalunya mendadak muncul melalui sosok Augusto Caesar Soeprobo.

Otomatis, target Raisa kini tidak lagi sebatas mengikuti Frankfurt Book Fair, berburu copyrights buku-buku bermutu, dan pulang dengan kontrak bernilai ratusan juta rupiah. Ia harus bergelut dengan kompleksitas kehidupan pribadinya. Raisa pun harus memilih antara memperbaiki masa lalu atau terus mengabaikan takdir itu. Lanjutkan membaca “Tenggelam di Relung Rasa Raisa”

Buku · Review

Manis Legit Jatuh Cinta Diam-Diam

 Judul Buku : Jatuh Cinta Diam-Diam

Penulis : Dwitasari

Penerbit : PlotPoint (Mizan Group)

Tebal : 217 halaman

Tahun Terbit : 2014

Harga : Rp 39.500,00

ISBN : 9786029481556

 

Kalau diibaratkan sepotong kue, buku ini jelas bukan jenis red velvet yang tampilannya menjanjikan kesan mewah. Bukan pula rainbow cake dengan lapisan kaya warna yang menarik mata. Pun, bukan cheese cake yang untuk membuatnya perlu trik khusus atau bahan-bahan spesifik. Saya merasa buku ini lebih mirip black forest. Klasik, sederhana, tapi selalu abadi untuk dinikmati.

Dwitasari amat pandai melihat peluang dengan mengetengahkan tema “jatuh cinta diam-diam”. Siapa yang tidak pernah merasakan cinta terpendam atau sekedar memilih untuk mengagumi dalam diam? Hampir semua orang pernah begini nggak, sih? Merasakan jatuh cinta diam-diam seperti mencicipi potongan black forest.  Ada manis yang bercampur dengan sekelumit rasa pahit, bahkan ada sensasi masam ketika tak sengaja menggigit ceri di dalamnya. Lembut dan legit ketika mengulumnya, tetapi kadang terantuk serpihan cokelat yang tajam.

Melalui 14 cerita pendek bertema sama, omnibook ini merefleksikan kenyataan yang sering terjadi dalam relasi antarmanusia.

Memilih untuk diam, memperhatikan dari jauh, atau mendoakan diam-diam. Setiap orang punya caranya sendiri untuk jatuh cinta tanpa membaginya dengan orang yang dia cinta. Setiap orang juga punya cara sendiri untuk berbagi tawa dan menyembunyikan tangisnya sendiri.

Lanjutkan membaca “Manis Legit Jatuh Cinta Diam-Diam”

Buku · Review

Meretas Teka-Teki Dalam Sebuah “Fantasy”

“True friendship is of greater worth than words, though they were solid gold.

To all the glittering gems of earth, I it prefer, a thousand fold.

One friend I have who knows my heart, and loves me with a changeless love;

I love Him, too—nor death can part us two, for we will love above”

(Friendship by Joseph Horatio Chant)

 

Fantasy - Novellina Apsari

Judul            : Fantasy

Pengarang  : Novellina Apsari

Penerbit      : Gramedia Pustaka Utama (GPU)

Kategori      : Fiksi (MetroPop)

Tebal            : 312 halaman

Terbit           : April 2014

Harga           : Rp 62.000,00

ISBN             : 9786020303550

 

 

Ketulusan Davina untuk menembus jarak ribuan mil menuju kota Tokyo bukanlah tanpa alasan. Berbekal harapan dan impian-impian yang nyaris pupus, Ia memberanikan diri untuk menemui Awang. Siapa sangka, setelah tujuh tahun berlalu, beruang cokelat kesayangannya itu telah bertransformasi menjadi seorang Indonesian brilliant pianist!

“Aku akan menemuinya, satelit yang telah keluar dari orbitku, dan kini menjadi planet yang megah, besar, dan benderang.”—Davina (hlm. 138)

Pertemuan itu tidak hanya mengembalikan kenangan dan cinta—yang sesungguhnya memang tidak pernah punah—di antara mereka, tetapi juga menjadi titik awal dari sebuah perjalanan mengejar mimpi. Mimpi yang bukan hanya menjadi milik Awang dan Davina, melainkan juga Armitha—sosok yang begitu melekat dalam kehidupan mereka.

Perjuangan menggapai mimpi itu sekaligus menjadi momentum yang menguji kekuatan cinta dan persahabatan mereka bertiga. Tidak ada yang pernah berkata bahwa meraih cita-cita adalah perkara yang mudah. Lantas, sejauh apa mereka mampu bertahan memperjuangkan ego, idealisme, dan impiannya masing-masing?

Dari Surabaya, Tokyo, Singapura, Paris, Berlin, hingga Wina, mereka berlari menyambut mimpi, mencoba membuktikan bahwa mimpi tidak terlalu jauh untuk digapai selama mereka selalu melangkah untuk meraihnya. 

Kepingan Puzzle

Ketika pertama kali melihat judulnya, saya mengira novel ini adalah sebuah kisah bergenre fantasi atau—lebih gilanya lagi—science fiction. Apalagi didukung dengan ilustrasi (semacam) taburan star dust dari piano mungil di bawah kover. Ternyata, tebakan saya salah total! Sampul buku ini justru sangat berkelindan dengan isi cerita yang beraliran roman. Semua yang tertuang di halaman muka adalah representasi isi di dalamnya: piano, simbol the key of G yang menyaru pada judul, serta kutipan puitis tentang cinta dan kepercayaan.

 “Love doesn’t conquer all, faith does”

Lanjutkan membaca “Meretas Teka-Teki Dalam Sebuah “Fantasy””

Buku · Review

By Your Side: Tentang Cinta Yang Selalu Bersedia Menunggu  

“Cinta berarti kesediaan untuk menghormati cita-cita satu sama lain.”—Bulan Nosarios

 

Cover By Your Side
Judul By Your Side
Pengarang Bulan Nosarios
Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Terbit Mei 2014
Tebal 296
HargaISBN Rp 60.000,009786020304519

Kania adalah seorang dokter muda yang menyimpan impian besar untuk masa depannya. Jadi tidaklah mengherankan jika setiap rencana dalam kehidupannya selalu tersusun rapi dan penuh presisi.

 “Tidak ada dalam rencananya untuk jatuh cinta saat cita-citanya masih jauh.” (hal. 49)

Bukan berarti Kania egois atau terlampau berambisi, ia hanya tidak ingin seseorang yang menjadi pasangannya merasa terabaikan di kemudian hari. Gadis itu sadar betul bahwa profesinya menuntut ritme kerja yang terkadang sulit diterima akal sehat. Maka, walaupun perasaan itu telah merayapi hatinya selama bertahun-tahun, ia memilih untuk tidak mengindahkannya—bahkan ketika sosok yang menjadi pusat dari segala kegamangannya itu memilih untuk tidak lagi tinggal.

Erga memang nyaris berada di titik nadir ketika ia memutuskan untuk pergi. Satu windu bukanlah waktu yang singkat untuk menunggu, lebih-lebih jika kenyataan selalu memaksanya untuk mengubur asa. Menurutnya, bermimpi untuk memiliki Kania sama dengan mengacaukan rancangan hidup gadis itu. Meski berat dan menyesakkan, Erga memilih untuk meredam mimpinya sendiri demi cita-cita Kania.

Hubungan mereka yang tadinya berlabel persahabatan perlahan-lahan berubah menjadi “tak terdefinisikan”. Keduanya sama-sama menyimpan harapan yang tidak pernah berhasil tersampaikan. Hingga akhirnya waktu juga yang menjadi penentu.

“Kania percaya pada Erga. Tapi ia tidak percaya pada waktu. Waktu akan mengubah mereka. Waktu akan membuat mereka bosan. Waktu akan menghadirkan orang lain dalam kehidupan mereka, menuntut cinta yang lain. Dan apakah ia bisa bertahan dengan semua kerumitan itu?” (hal. 183-4)

Orang-orang ketiga datang dan pergi, tetapi belum ada yang berubah di antara Kania dan Erga. Di antara detik-detik yang terus melaju, satu per satu dari mereka kemudian tersadar akan sesuatu. Waktu memang akan terus berlalu, tetapi cinta sejati selalu punya alasan untuk menunggu. Lanjutkan membaca “By Your Side: Tentang Cinta Yang Selalu Bersedia Menunggu  “

Buku · Review

Merestorasi Definisi Pulang Dalam Balutan Sejarah

Pulang: Sebuah Novel

Judul Buku :  Pulang
Jenis  :  Fiksi (Novel)
Penulis :  Leila S. Chudori
Penerbit :  KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tebal : 464 halaman

“Pada akhirnya, dalam Novel ini kita mendapatkan dua jenis ‘gerak kembali’, persis sebagaimana yang dikatakan Ernst Bloch dalam The Principle of Hope mengenai dua jenis ‘pulang’.” —Robertus Robet, Dosen Sosiologi UNJ.

Saya adalah seorang penganut prinsip “save the best for the last”. Saya selalu percaya bahwa semua hal yang—menurut saya—paling baik, patut mendapat tempat di urutan akhir. Hal ini juga berlaku dalam memilih bahan bacaan. Saya cenderung menyimpan buku yang saya anggap sangat baik, alih-alih segera membacanya, karena merasa sayang jika harus cepat-cepat menghabiskannya.

Inilah yang terjadi dengan “Pulang: Sebuah Novel”. Sejak memiliki buku ini pada awal tahun lalu, baru dua hari kemarin saya memutuskan untuk benar-benar menyerah kepadanya. Dan benar saja, setelah semuanya selesai saya justru merasa kosong dan hilang arah. Setiap elemen dari buku ini, saya rasa, serupa madat yang mampu mencandui pembacanya.

Nostalgia Sejarah Yang Memikat

Entah kenapa saya selalu tertarik dengan fiksi yang dibumbui dengan unsur sejarah. Maka ketika “Pulang” dirilis, saya tidak bisa menahan diri untuk membaca sekaligus membandingkannya dengan karya-karya serupa.  Jika diminta untuk membandingkan dengan gubahan penulis lain yang pernah saya baca (Amba , Gema Sebuah Hati , dan Map of The Invisible World), saya akan mengatakan bahwa Pulang adalah yang terbaik di antara semuanya.

Namun, ada satu hal yang sangat menarik dari buku ini. Bukannya ingin mengada-ada atau sok tahu menarik benang merah, tapi saya cukup heran karena (lagi-lagi) menemukan unsur cerita Mahabharata dalam novel ini–sama seperti Amba. Apakah buku-buku semacam ini lantas memiliki keterkaitan dengan epos klasik itu?

“Pulang” adalah sebuah paket lengkap. Ada nilai sejarah dan juga romansa di dalamnya. Plus, unsur kontemplasi yang terselip tanpa kesan menggurui. Leila S. Chudori mampu mengemas sirkus politik yang mengerikan ke dalam roman yang memukau.

Novel ini dibuka dengan narasi memikat dari diksi-diksi yang padat, tetapi tidak membuat penat. Cerita bermula dari sebuah kamar gelap Tjahaja Foto di sudut Jalan Sabang dengan Hananto Prawiro sebagai pusat cerita. Di babak selanjutnya, pembaca digiring pada keriuhan di Paris tahun 1968 dari kacamata seorang Dimas Suryo. Setelah itu, kisah ini berlanjut dengan alur maju mundur dan sudut pandang yang terus berpindah. Penulis bolak-balik menjadi “aku” untuk beberapa tokoh berbeda dan menggunakan latar waktu yang berubah-ubah.

Meskipun ada begitu banyak “aku” dalam buku ini, saya tidak dibuat kebingungan. Penulis sangat piawai berganti peran dengan cara yang mulus dan rapi. Setiap tokohnya memiliki karakter yang berbeda, tetapi dibawakan dengan sama kuat. Jelas sekali bahwa Leila S. Chudori sangat mendalami setiap tokoh yang dia buat. Bahkan di antara satu “aku” dengan lainnya, terasa aura yang berbeda.

Tidak hanya terampil dengan penokohan, Leila S. Chudori juga sangat mahir memainkan mesin waktu. “Pulang” berkutat pada tiga peristiwa penting dalam sejarah, yakni G30S PKI tahun 1965 di Indonesia, gerakan mahasiswa di Paris pada Mei 1968, serta momentum reformasi tahun 1998. Uniknya, Leila tidak menceritakan ketiga momen itu secara linear. Ia seringkali berpindah latar waktu dengan cara yang tidak diduga-duga, misalnya dengan secarik surat usang atau kilas balik memori salah satu tokoh. Meskipun begitu, semua transisi waktu ditampilkan nyaris tanpa aral hambatan.

Lanjutkan membaca “Merestorasi Definisi Pulang Dalam Balutan Sejarah”

Buku · Review

Tertipu Endorsement Tash Aw

Pernah merasa begitu tersiksa ketika membaca sebuah buku? Saya baru saja mengalaminya. Saat menyelesaikan baris terakhir “Map of the Invisible World“, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakan “Akhirnya …”. Satu kata itu merumuskan segala kepenatan yang meletup-letup sejak saya membuka halaman pertama buku setebal 554 halaman tersebut.

Expectation is the root of all heartache. Kali ini saya harus setuju dengan Shakespeare. Ketika membeli buku ini, saya memang menaruh harapan yang terlampau besar. Desain pada kedua sisi sampulnya sebenarnya terbilang sederhana, tapi dihiasi dengan barisan-barisan kata yang sangat menjual. Jujur saja, yang membuat buku ini menarik pada awalnya adalah sinopsinya yang singkat tetapi cukup  menjanjikan.

Sebuah kisah memukau tentang cinta yang datang dan pergi. Berlatar belakang Indonesia di “Tahun Kehidupan Yang Berbahaya”.

Saya membayangkan bahwa buku ini akan sama–atau bahkan lebih–dahsyat dari kisah AmbaDi halaman depan, Camilla Gibb, penulis Sweetness in the Belly–yang sejujurnya tidak pernah sekalipun saya ketahui eksistensinya–menulis kalimat promosi ini:

Sebuah gambaran kemarahan dan simpati mendalam dari jiwa-jiwa yang tercerai berai akibat politik pascakolonialisme di Indonesia.

Di sampul belakang buku, kita akan lebih banyak lagi menemukan bait-bait provokatif dari kalangan peraih nobel sastra dan media massa yang bona fide.  Padahal, setelah saya perhatikan, rupanya endorsement tersebut mengarah kepada The Harmony Silk Factory–novel perdana Tash Aw yang digadang-gadang sebagai debut sensasi sastra internasional. Saya merasa tertipu habis-habisan.

Map of the Invisible World

 Gambar diambil dari sini

Lanjutkan membaca “Tertipu Endorsement Tash Aw”

Buku · Kicau Kacau · Review

[Sneak Peek] FF Ninelights Vol #1

ninelights

Banyak yang penasaran dengan isi di dalam buku mahakarya FF Ninelights Vol #1 ini.

So here we go! Preview Mahakarya untuk kawan semua!

Untuk PRE ORDER

Buku  http://bit.ly/JWMGZO 

Merchandise http://bit.ly/1fT0Tl8 

Postcard http://bit.ly/19HfHCk 

Pre order buku, postcard dan merchandise ditunggu hingga 25 Januari 2014

Proses produksi mulai 27 Januari 2014.

Terima kasih karena membeli karya kami, guys! 🙂

Lihat pos aslinya

Buku · Kicau Kacau · Kuli Tinta · Review

Blog, Dangdut, dan Fiksi Kilat

Nur menyerah. Dipakainya rambut palsu berwarna cokelat tua, menutupi rambut cepaknya. Dan ketika ia mengenakan gaun merah berkelap-kelip, transformasi itu kian sempurna.     —Orkes Hati Nurjanah

“Ah, kebetulan. Kita sudah dekat. Nasi kucing ini sangat berbeda dibandingkan dengan yang lainnya. Nasi kucing spesial, hanya ada waktu bulan purnama!”—Nasi Kucing

“Wah, pasar ikan kita memang paling lengkap ya sejak nelayan-nelayan meninggalkan pancing dan jala” —Ilegal

Kemarin aku menyelesaikan pekerjaanku. Mahakaryaku. Sebuah karya penghabisan. Dan di sinilah aku, tersenyum menikmati jerih payahku. —Mahakarya

Petikan-petikan kalimat di atas hanyalah bagian kecil dari beberapa fiksi kilat yang ada di Buku Mahakarya: Kumpulan Flash Fiction besutan Ninelights Production.

Lanjutkan membaca “Blog, Dangdut, dan Fiksi Kilat”