Ilmiah Populer · Kuli Tinta

Complementary Alternative Medicine

Terapi akupuntur dan yoga tentu sudah tidak asing lagi, baik bagi insan kedokteran maupun masyarakat awam. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa metode pengobatan tersebut termasuk kelompok terapi alternatif yang dikenal sebagai Complementary Alternative Medicine (CAM).

Sebenarnya CAM bukanlah barang baru dalam dunia kesehatan. Jenis terapi ini pertama kali ditemukan dua abad lalu di negara-negara industri. Metode CAM kemudian turut tersebar ke seluruh dunia seiring maraknya perpindahan penduduk lintas benua. Meskipun awalnya dilandasi oleh kepercayaan agama dan struktur sosial dalam masyarakat, kini CAM dikembangkan sebagai metode terapi yang terpercaya berdasarkan ilmu kedokteran.

Lanjutkan membaca “Complementary Alternative Medicine”

Ilmiah Populer

Cegah PPP dengan Manajemen Aktif Kala Tiga

Postpartum haemorrhage, atau yang lebih dikenal sebagai perdarahan pascapersalinan (PPP), masih menjadi penyebab utama kematian ibu. Penanganan yang sigap haruslah menjadi dasar untuk mengatasi kasus kegawatdaruratan obstetri.

WHO mendefinisikan PPP sebagai kehilangan darah sebanyak lebih dari atau sama dengan 500 ml dalam kurun waktu 24 jam setelah melahirkan. PPP dikatakan berat apabila darah yang hilang berjumlah lebih dari 1000 ml, meskipun ketentuan tersebut tidak selalu berlaku. Dalam keadaan khusus, misalnya pada ibu yang anemia, kehilangan darah sebesar 250 ml saja bisa menyebabkan efek yang fatal. Oleh karena itu, derajat keparahan PPP tidak lagi dibatasi oleh jumlah darah yang hilang, tetapi juga oleh perubahan kondisi vital ibu.

Lanjutkan membaca “Cegah PPP dengan Manajemen Aktif Kala Tiga”

Ilmiah Populer · Kuli Tinta

Gabapentin, Solusi Mutakhir Atasi Serangan Epilepsi

Istilah epilepsi bukanlah hal baru dalam peradaban manusia. Di masa lalu, epilepsi sering dikaitkan dengan pengalaman spiritisme yang sulit diterima nalar. Namun, seiring era modernisasi, makna epilepsi pun dapat dijelaskan secara faktual berdasarkan bukti-bukti medis. Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai dengan gangguan paroksismal sementara fungsi otak. Hal itu terjadi akibat lepasnya muatan listrik secara berlebihan dan mendadak sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian tubuh lain terganggu.

Manifestasi klinis epilepsi dapat berupa abnormalitas motorik, kehilangan kesadaran secara episodik, gangguan psikis, bahkan kekacauan sistem saraf otonom. Sebuah episode tunggal yang muncul dari berbagai gangguan itu bisa disebut serangan. Berdasarkan etiologinya, epilepsi diklasifikasikan menjadi simtomatik dan idiopatik. Kedua penggolongan tersebut kemudian masih dibagi lagi menjadi epilepsi parsial dan generalisata berdasarkan dampak serangan yang muncul.

Lanjutkan membaca “Gabapentin, Solusi Mutakhir Atasi Serangan Epilepsi”

Ilmiah Populer · Kuli Tinta

Pengentasan Rabies yang Tak Kunjung Tuntas

Siapa bilang negeri ini sudah bebas dari penyakit anjing gila?

Alih-alih dicanangkan sebagai negara yang mampu menanggulangi rabies, Indonesia malah menambah panjang riwayat keberadaan penyakit tersebut. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan hewan ini telah ditemukan sejak tahun 1894 di Indonesia. Namun, kurun waktu lama tidak menjamin penyakit menular akut itu telah hilang. Sejak 2006 hingga 2008 telah terjadi 18.945 kasus gigitan hewan rabies terhadap manusia. Sampai tahun 2009, tercatat sedikitnya 24 propinsi terjangkit rabies. Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan NTT menempati tiga urutan teratas dalam jumlah insidens rabies.

Hampir Selalu Berakhir Dengan Kematian

Dampak dari penyakit ini tidak dapat diremehkan. Virus dari golongan Rhabdovirus yang biasanya masuk melalui luka gigitan akan melakukan inkubasi dalam jangka waktu 2-8 minggu. Begitu tiba di otak, virus akan melakukan replikasi kemudian menyebar ke seluruh neuron. Uniknya, virus tersebut kerap melakukan penyerangan pertama ke sel-sel yang ada di sistem limbik, hipotalamus, serta batang otak. Setelah mengganggu kinerja sistem saraf pusat, virus-virus kemudian melanjutkan perjalanannya ke perifer. Praktis, hampir semua organ dan jaringan dapat terserang virus mematikan itu.

Lanjutkan membaca “Pengentasan Rabies yang Tak Kunjung Tuntas”

Ilmiah Populer · Kuli Tinta

Jangan Remehkan Kebiasaan Makan Anak!

Pernahkah Anda mendengar berita tentang anak yang memiliki kebiasaan mengonsumsi rokok, tanah, bahkan paku? Jika ya, jangan dulu mengaitkannya dengan ritual klenik sebab ada penjelasan ilmiah di balik fenomena tersebut.

Penyakit Itu Bernama Pica

Meski tidak banyak yang familiar dengan istilah pica, kenyataannya sekitar 10-32% anak usia 1-6 tahun mengalami gangguan makan semacam itu. Istilah pica  sendiri diambil dari kata magpie yang dalam bahasa Latin berarti burung pemakan segala. Diagnosis pica ditegakkan apabila seseorang memiliki kebiasaan mengonsumsi benda asing secara terus-menerus selama minimal satu bulan. Pica juga dapat diartikan sebagai kebiasaan memasukkan benda asing ke mulut, walaupun tidak sampai ditelan.

Akan tetapi, ada pengecualian yang perlu diperhatikan dalam menilai gangguan makan anak. Pada usia 18-24 bulan, kebiasaan memasukkan benda selain makanan ke dalam mulut dapat dianggap sesuatu yang sesuai dengan tahapan perkembangan. Oleh karena itu, dugaan pica dapat disingkirkan untuk sementara, kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti retardasi mental.

Lanjutkan membaca “Jangan Remehkan Kebiasaan Makan Anak!”

Ilmiah Populer · Kuli Tinta

Generasi Baru dari Klan Epidemiologi Molekular

 Para ahli kembali meciptakan terobosan baru yang memperkaya khazanah teknologi kedokteran. Setelah sukses dengan genomik, kini mereka fokus membesarkan ”sang adik” yang bernama proteomik.

Sejak awal abad ke-21, dunia kedokteran telah mengalami banyak revolusi, khususnya pada aspek epidemiologi molekular. Salah satu penemuan yang menjadi tonggak kemajuan ilmu medis adalah genomik. Genomik merupakan salah satu teknik biologi molekular yang dikembangkan dari teori ekspresi, regulasi, dan struktur gen dalam tubuh manusia.

Seiring berjalannya waktu, genomik dirasa masih kurang mampu menjawab proses kompleks dalam tubuh manusia yang terdiri atas kurang lebih 100.000 gen. Setiap gen dapat menghasilkan lebih dari satu jenis protein dengan fungsi yang beragam. Kombinasi jenis protein yang berbeda akan menghasilkan fungsi yang berbeda pula. Dalam hal ini, genomik tidak bisa digunakan untuk memprediksi stuktur dan properti dinamis dari semua rangkaian protein tersebut.

Lanjutkan membaca “Generasi Baru dari Klan Epidemiologi Molekular”

Ilmiah Populer · Kuli Tinta

Mengurangi Risiko Fraktur dengan Kombinasi Vitamin D dan Kalsium

Pro dan kontra seputar peranan vitamin D dalam mencegah fraktur tulang telah lama beredar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin D mampu menurunkan risiko fraktur, sedangkan penelitian lain terang-terangan membantah manfaat tersebut. Salah satu studi terbaru malah menyebutkan bahwa vitamin D meningkatkan risiko fraktur tulang panggul.

Untuk mencari tahu jawaban sesungguhnya, sebuah lembaga di Inggris mengadakan penelitian yang melibatkan kelompok DIPART (vitaminD Individual Patient Analysis of Randomized Trials). Penelitian tersebut memaparkan hasil analisis data individu pasien terhadap efektivitas penggunaan vitamin D secara tunggal atau kombinasinya dengan kalsium. Penelitian ini juga mengkaji pengaruh dosis vitamin D yang diberikan serta peran kalsium dalam mengurangi risiko fraktur.

Lanjutkan membaca “Mengurangi Risiko Fraktur dengan Kombinasi Vitamin D dan Kalsium”

Ilmiah Populer · Kuli Tinta

TENS : Alternatif Jitu Ketika Terapi Farmakologi Tidak Lagi Ampuh Mengusir Nyeri

Nyeri pinggang bawah merupakan penyakit yang lazim ditemukan pada beragam kalangan usia. Sejak kita belajar berdiri dan mulai melangkah, risiko nyeri tersebut mulai menghantui. Keadaan tidak nyaman itu bisa semakin diperparah dengan kesalahan postur tubuh ketika duduk, berbaring, atau melakukan aktivitas lainnya. Meskipun bukan merupakan sebuah diagnosis, nyeri pinggang bawah bisa menjadi gejala dari berbagai macam penyakit seperti infeksi, radikulopati, bahkan neoplasma.

Berangkat dari dampak mengerikan yang tersembunyi itulah akhirnya muncul variasi terapi guna mengurangi rasa nyeri. Awalnya, terapi farmakologis seperti Parasetamol, NSAIDS, dan Opioid menjadi andalan utama untuk memerangi ketidaknyamanan pasien. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, obat-obatan tidak lagi dirasa efektif untuk meredam nyeri yang kian meradang. Selain itu, perkembangan teknologi kedokteran juga turut membuat terapi klasik tersebut ditinggalkan jaman.

Lanjutkan membaca “TENS : Alternatif Jitu Ketika Terapi Farmakologi Tidak Lagi Ampuh Mengusir Nyeri”