Kicau Kacau

Yang Tertinggal Dari Tahun Pertemuan  

Januari sudah berlalu separuh jalan. Semoga saja tulisan-tulisan yang bertema kaleidoskopis belum kelewat basi untuk dipajang di halaman blog.

Kalau mau dibandingkan, 2014 memang jauh lebih cerah ceria ketimbang 2013 yang dihujani ujian (dalam arti sebenarnya).

Dua ribu empat belas adalah tentang pertemuan. Saya bertemu bermacam-macam manusia yang datang dengan segala ciri dan motifnya. Orang baru ataupun lama. Yang menetap atau hanya singgah sejenak. Yang berlanjut dengan pertemanan atau berakhir dengan pertanyaan. Yang terlupakan atau lebih dulu melupakan. Yang semakin mendekat atau kian menjauh. Yang menciptakan kenangan atau minta diceburkan ke kubangan. Yang tiba-tiba menghilang setelah datang tanpa diundang. Dan terakhir dan paling menyentak, yang tiba-tiba datang setelah lama menghilang.

Saya lupa apakah saya sempat menulis resolusi pada awal tahun kemarin. Saya pun tidak tahu apakah tahun 2014 sudah berjalan sesuai dengan rencana. Tapi, buat saya 2014 sudah terlewati dengan amat baik.

Di awal tahun, saya dipertemukan dengan anggota keluarga baru. Seorang kakak perempuan yang tadinya saya pikir akan menjadi “saingan”, ternyata sekarang menjadi teman dekat. Saya malah jadi lebih sering curhat dengannya ketimbang kakak saya yang kini sedang sibuk-sibuknya melanjutkan sekolah spesialis. Dan sebagai bonusnya, dalam hitungan bulan, kami akan kedatangan satu lagi anggota baru! I’m going to be an aunty, very happy ontie! (Tolong jangan diterjemahkan sebagai “tante girang”).

Di tahun 2014, kebetulan saya memiliki cukup banyak waktu luang. Saya mencoba untuk mengisinya dengan menemukan kegiatan dan keahlian baru. Jangan pikirkan hal-hal muluk seperti menjajal dunia tarik suara atau perfilman. Jangan. Membayangkannya saja sudah membuat ngeri, kan?

Hidup merantau membuat saya menguasai banyak hal baru, misalnya menjadi atlet angkat galon, belajar ilmu pertukangan, reparasi alat elektronik, servis pompa air, bongkar pasang elpiji, dan pelajaran-pelajaran rumah tangga lainnya. Kedengarannya remeh temeh, tapi buat saya itu adalah suatu pelajaran yang sangat berharga.

Selain bergelut dengan palu atau gergaji, saya juga masih suka bermain-main dengan aksara. Boleh dibilang 2014 adalah tahun yang produktif. Ini bukan soal hasil, tetapi prosesnya. Saya memang belum menghasilkan karya yang bisa dipajang di toko buku. Yah, itu memang masih menjadi salah satu keomdoan (omong doang-red) terbesar abad ini. Tapi ada satu masa ketika saya sangat menikmati proses menulis dan semuanya terasa sangat (di)mudah(kan).

Saya sempat menjadi “banci lomba dan kuis”. Mulai dari lomba berkicau di Twitter, menulis resensi, mengirimkan cerpen ke majalah, membuat artikel humaniora untuk surat kabar, dan puncaknya adalah terpilih sebagai salah satu pemenang Kisah Inspiratif Kuatnya Kelembutan Sunsilk. Seharusnya ada lagi satu pengalaman hebat di 2014 ini. Sebenarnya saya lolos seleksi Kampus Fiksi Edisi Nonfiksi angkatan pertama, tapi karena berhalangan hadir, sepertinya saya harus melepas kesempatan berharga tersebut.

Walaupun masih belum kesampaian menjelajah bagian timur Indonesia, saya diberikan kesempatan menyambangi daerah-daerah di Sumatra: Bukittinggi dan Belitung. Oh, dan jangan lupakan Bengkulu, kota yang menjadi tempat transit setiap kali saya menempuh perjalanan Lebong—Jakarta.

Di penghujung 2014, saya menuntaskan masa pendidikan dengan mengakhiri program internship. Dengan berakhirnya masa internship, berarti waktunya untuk kembali ke hutan rimba yang sesungguhnya. Dunia kerja, prospek karier, rancangan masa depan, mendewasa sepenuhnya, pokoknya semua hal-hal yang membuat pening kepala. Welcome to the real jungle, Babe!

Belum sempat menikmati masa-masa pengangguran, tiba-tiba sebuah kejutan kilat datang. Hanya tiga minggu sejak mendarat dari Lebong, saya harus terbang lagi ke Luwuk. Dan di sinilah saya sekarang. Menjadi perantau di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Menjalani pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah terlintas sedikit pun di dalam daftar rencana saya. Pekerjaan yang ternyata sangat menantang, menarik, dan “saya banget”. Perlu satu postingan khusus untuk menjelaskan dunia saya yang baru ini. Semoga ini bukan keomdoan lainnya, ya.

Dua ribu empat belas adalah tentang relasi dan rekonsiliasi. Saya berkenalan dengan banyak orang yang menginspirasi dan mendorong saya untuk lebih berkembang. Saya juga “dipaksa” bertemu kembali dengan hal-hal yang belum sempat terselesaikan.

Dan akhirnya, setiap pertemuan selalu berujung pada perpisahan. Tahun Pertemuan sudah lewat, tapi semoga saya tidak berhenti dipertemukan dengan pengalaman dan pembelajaran yang hebat. Dua ribu lima belas harus lebih menyenangkan. Pasti lebih menyenangkan! 🙂

Kolase 2014
Kolase 2014

Tinggalkan komentar